Kamu tahu gak, kalau generasi Z lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental? Bahkan, gampang banget dilanda stres, loh. Dikutip dari Time, laporan dari American Psychological Association menyebutkan bahwa generasi muda (15-21 tahun) memiliki kesehatan mental paling buruk dibanding generasi lainnya. Gak heran kalau memang sering keluar kata ‘healing‘. Bukan cuma sekadar mengikuti zaman, tapi juga merepresentasikan kondisi emosional yang sedang dialami.
Jika dilihat, kondisi terkini memengaruhi apa yang dialami oleh Gen Z. Semakin terbukanya informasi, pengaruh media sosial, sampai dengan pandemi mampu menghasilkan tekanan bagi generasi muda. Pengaruh-pengaruh tersebut mungkin tidak dialami oleh beberapa generasi sebelumnya. Terutama pada persoalan pandemi, Gen Z sangat terdampak terutama dalam hal kesehatan mental.
Dilansi dari Washington Post, sebuah survey dari AP-NORC menyebutkan bahwa pandemi telah menyulitkan 3 (tiga) kategori dalam kehidupan Gen Z. Ketiga hal itu diantaranya; edukasi, tujuan karir, serta kehidupan sosial. Jika dibandingkan dengan Gen X dan Milenial, mereka menganggap kehidupan mereka jauh lebih sulit. Bahkan beberapa diantaranya menganggap lebih rentan terhadap gangguan stres. Bukan hal yang menggembirakan pastinya.
Namun, keterbukaan tersebut memunculkan berbagai bias dalam penggunaan kata ‘self-healing‘. Seringkali, ‘healing‘ diartikan dengan hanya sekadar melepaskan penat dari padatnya aktivitas. Hal itu juga seiring dengan generasi muda yang lebih terbuka untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakan. Jika sering disalahartikan, hal ini juga berbahaya bagi kesehatan mental generasi muda. Alih-alih menyembuhkan ‘luka’ yang sedang dialami, malah memperparah kondisi yang ada.
“Generasi saat ini sangat selaras dengan apa yang mereka butuhkan. Orang-orang akan lebih terbuka untuk berkata, ‘saya memiliki anixety’ atau ‘saya telah didiagnosis depresi'”, ucap Lina Strohschein, seorang sosiolog dari University of Alberta, dikutip dari ualberta.ca.
Untuk itu, DoCheck berkolaborasi dengan Psylution akan mengadakan Be A POP Star Webinar dengan judul “Self-healing: Penyembuhan atau Pelarian?”. Psylution merupakan sebuah platform konsultasi psikologi yang mampu menjangkau berbagai kalangan. Beberapa program yang dimiliki oleh Psylution diantaranya adalah; konseling online, konseling pasangan, psyminar, sampai dengan penyediaan speaker/narasumber tentang kesehatan mental.
Cara Mendaftar Be A POP Star Webinar
Agar terhindar dari salah persepsi tentang ‘self-healing‘, Be A POP Star Webinar kali ini akan membahas secara mendalam tentang arti sesungguhnya self-healing. Akan ada Dian Sudiono Putri yang merupakan Psikolog Klinis dari Psylution untuk berbagi pengetahuan seputar ‘healing‘ yang baik bagi proses penyembuhan luka batin kamu.
Untuk mengikuti webinar ini, kamu dapat melakukan pendaftaran lewat tautan https://bit.ly/BeAPOPStarPsylution. Webinar ini GRATIS! Link zoom untuk webinar ini akan dikirimkan melalui Whatsapp serta grup discord yang dapat kamu akses setelah mengisi form tersebut.
Selain itu, kamu juga dapat mengikuti tes Depression Anxiety Stress Scales (DASS) untuk mengukur tingkat depresi, kecemasan, serta stres kamu. Bahkan, kamu juga berkesempatan untuk melakukan sharing di webinar nanti berdasarkan hasil dari tes tersebut. Link tes DASS akan dikirimkan setelah melakukan pendaftaran.
Untuk itu, yuk segera daftar!