Di bawah ini beberapa hal yang perlu kamu catat ketika ingin kuliah ke luar negeri. “Kisi-kisi” yang diberikan oleh Zhafira Aqyla ini berkaitan dengan kemampuan diri dan kondisi sosial budaya di sana. Yuk, langsung simak penjelasannya berikut ini.
Sudah diterima universitas dan jurusan impian di luar negeri, tapi masih khawatir di sana bisa bertahan atau tidak ya? Siapapun pasti sepakat bahwa hidup merantau di negeri yang masih asing bagi kita memiliki tantangannya tersendiri. Dimulai dari cara berkomunikasi, bahasa yang digunakan, budaya yang berlaku disana, gaya hidup, dan masih banyak lagi!
Bukannya merantau di negara sendiri itu lebih mudah loh ya. Namun jarak dan budaya yang sangat berbeda membuat pilihan merantau ke luar negeri akan terasa jauh lebih asing. Zhafira Aqyla, seorang konten kreator yang dikenal sebagai mahasiswa Osaka University akan menceritakan pengalamannya hidup di sana melalui #BeAPOPStarWebinar DoCheck. Sebagai pemanasan, Zhafira berbaik hati berbagi tips bertahan hidup di luar negeri, khususnya Jepang.
Terbiasa Menggunakan Bahasa Jepang
Jepang dikenal sebagai negara yang sangat jarang menggunakan bahasa asing, termasuk bahasa Inggris. Dari tahun ke tahun, menurut EF EPI (English Proficiency Index), Jepang selalu menempati kategori kemampuan rendah dalam kecakapan berbahasa Inggris.
Selain Jepang, di mana pun kamu berada, belajar bahasa di negara yang akan kamu tinggali adalah wajib. Selain memudahkan kita berkomunikasi di sana, belajar bahasa dari tempat yang kita tinggali juga menunjukkan penghargaan kita atas negara tersebut.
Langsung Mencari Support System
Hal yang pertama harus kamu lakukan ketika merantau adalah mencari kawan. Kalau kata Zhafira Aqyla sih wajib banget mencari support system. Ini juga bisa dilakukan sebelum kamu sampai di negara lain. Caranya adalah dengan eksplorasi komunitas yang ada di kampus, atau sempatkan berkumpul dengan sesama mahasiswa Indonesia.
Ketika kamu tinggal di luar negeri, berkumpul dengan orang dari negara sendiri akan terasa seperti “pulang”. Jika sehari-hari kamu menggunakan bahasa Inggris atau bahasa dari negara yang kamu tinggali, inilah saatnya menggunakan bahasa Indonesia dengan teman-teman sesama orang Indonesia.
Part Time untuk Bekal Tambahan
Kerja part time ini bukan kegiatan yang asing ketika kamu kuliah di luar negeri. Jenisnya juga bermacam-macam. Misalnya dengan mengajar di tempat kursus, menjadi interpreter, atau bekerja dengan orang Indonesia yang nyatanya banyak tinggal di Jepang.
Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan. Pertama, kamu harus tahu ketentuannya secara detail. Setiap negara memiliki syarat jam kerja yang berbeda, misalnya jam kerja mahasiswa asing di Jepang tidak boleh melebihi 28 jam per minggu. Sebagian negara menerapkan 20 jam per minggu. Itulah mengapa ketika kamu memutuskan untuk apply part time sebagai mahasiswa asing, harus paham terlebih dahulu peraturannya.
Selain itu, jangan sampai kegiatan yang satu ini mengganggu aktivitas belajarmu. Pastikan kegiatan belajar, part time, dan kehidupan sosialmu saat tinggal di luar negeri berjalan dengan seimbang. Kamu juga harus melakukan riset dengan baik ketika mencari tempat kerja dan memastikan itu merupakan tempat yang aman.
Di Jepang Wajib Bisa Membaca Peta
Hayo… siapa di sini yang masih bingung baca peta? Khususnya untuk kamu pengguna Google Maps yang sering nyasar, sepertinya ini saatnya kamu membiasakan diri membaca peta dengan baik.
Jepang merupakan negara dengan sarana transportasi yang lengkap, nyaman dan serba canggih. Sarana transportasi darat seringkali menjadi kebanggan bagi penduduk Jepang. Mereka memiliki kereta tercepat yang bernama Shinkansen, subway, bus, serta taksi. Semua transportasi itu akan berhenti di tempatnya masing-masing seperti halte atau stasiun. Jadi, sebenarnya bepergian kemanapun tidak perlu khawatir selama kamu bisa membaca peta dan berbahasa Jepang.
Harus Selalu On-time
Kebiasaan buruk di Indonesia yang suka ngaret harus dibuang jauh-jauh. Ketika kamu datang ke negara lain, seperti Jepang, kebiasaan telat ini akan membuat kamu dicap tidak menghargai waktu.
Lebih dari itu, bagi negara yang super disiplin waktu ini, ketepatan waktu adalah segalanya. Biasanya, perusahaan akan memberikan reward bagi pegawainya yang selalu tepat waktu. Di sisi lain, keterlambatan yang dilakukan oleh siswa Jepang bisa menjadi catatan buruk yang bisa memengaruhi penilaian ke universitas.
Bukan tanpa alasan, budaya jam ngaret ini nantinya bisa merugikan diri sendiri dan orang lain loh. Kegiatan yang semestinya dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, bisa berlangsung lebih lama. Hal itu juga akan memengaruhi agenda lain yang seharusnya lancar jika kegiatan sebelumnya dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Apakah tipsnya sudah cukup? Kalau belum, kamu tidak perlu khawatir karena Zhafira Aqyla masih akan memberikan tips lain melalui #BeAPOPStarWebinar dengan tema “Survival Tips for Studying in Japan”. Jangan lupa untuk install aplikasi DoCheck terlebih dahulu agar tipsnya bisa segara kamu masukan to-do list melalui aplikasi DoCheck. Langsung saja registrasi di sini dan sampai bertemu di webinar!