sorry syndrome

Pengertian Sorry Syndrome dan Tips Mengatasinya, Yuk Simak!


DoCheckers, mungkin kamu masih asing mendengar istilah sorry syndrome. Menilik pada namanya, sorry syndrome berhubungan dengan apology atau permintaan maaf. Kata maaf memang merupakan salah satu dari magic words selain kata “tolong” dan “terima kasih”. Sejak masih kecil, setiap orang sudah diajarkan untuk terbiasa mengucap maaf ketika berbuat salah, ya!

Namun, apa jadinya jika pemintaan maaf justru diucapkan terlalu sering bahkan pada hal-hal yang sebenarnya tidak salah tapi minta maaf? Hmm, bisa jadi itu merupakan ciri-ciri terkena sorry syndrome. Tapi, bukannya justru meminta maaf itu adalah hal yang baik?

Tentu saja, DoCheckers! Meminta maaf itu baik dan diharuskan ketika kamu berbuat salah. Bahkan meminta maaf dan menerima pemintaan maaf sendiri memiliki banyak manfaat, lho.

Melansir pada laman WebMD, dengan meminta maaf, kamu dapat membuka komunikasi yang sehat dan memperbaiki hubungan dengan orang yang telah tersakiti atau dirugikan atas perbuatan kamu baik yang disengaja atau tidak disengaja.

Permintaan maaf dapat membuat kamu lebih mengakui perbuatan dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Sementara, menerima permintaan maaf juga dapat memberikan kesempatan pada orang yang tersakiti atau dirugikan untuk lebih merasakan perasaannya sendiri.

Contohnya ketika kamu tidak sengaja menyinggung perasaan teman melalui perkataan. Saat kamu meminta maaf, kamu akan berupaya untuk lebih berhati-hati memilih kosakata ketika berbicara kepada orang lain. Sementara, teman kamu akan memproses perasaannya untuk kemudian merasa lega dan lebih baik.

Baca juga: Cara Melakukan Refleksi Diri Agar Menjadi Lebih Baik

Nah, namun kapan kamu harus meminta maaf dalam intensitas yang sehat dan bukan merupakan dorongan sorry syndrome? Apa penyebab sorry syndrome itu sendiri? Lantas, apa dampak sorry syndrome? Apakah sorry syndrome ini dapat membahayakan bagi diri sendiri? Serta bagaimana tips mengatasi sorry syndrome tersebut?

Pengertian Sorry Syndrome

apa itu Sorry Syndrome
Apa itu Sorry Syndrome (Foto Keira Burton via Pexels)

First thing first, apa itu sorry syndrome? Melansir dari laman High Erechelon, sorry syndrome adalah kecenderungan untuk meminta maaf untuk hal-hal yang bahkan di luar kendali. Seseorang dengan sorry syndrome cenderung meminta maaf bahkan pada hal-hal yang sebenarnya bukan merupakan kesalahan.

Menurut laman Emindful, sorry syndrome adalah ketika meminta maaf secara berlebihan menjadi sebuah habit atau kebiasaan yang muncul dari tingkat bawah sadar. Artinya kamu meminta maaf tidak sadar dan dilakukan terus-menerus pada hampir segala hal yang terjadi.

Maka secara garis besar, sorry syndrome adalah kebiasaan untuk meminta maaf secara berlebihan bahkan terhadap hal-hal yang sebenarnya bukan merupakan kesalahan.

Namun, bagaimana ya cara membedakan sorry syndrome dengan permintaan maaf yang tulus dan masih berada pada intensitas yang sehat?

Ciri-Ciri Sorry Syndrome

Menurut laman High Erechelon, terdapat beberapa ciri yang menandakan bahwa permintaan bahwa didorong oleh sorry syndrome antara lain,

1. Kamu Meminta Maaf Atas Hal yang Tidak Dapat Kamu Kontrol

Ciri pertama ketika kamu minta maaf berlebihan adalah kamu terbiasa untuk meminta maaf terhadap suatu hal di luar kendali kamu. Beberapa contoh permintaan maaf terhadap hal di luar kendali adalah seperti,

“Maaf ya macet, kamu jadi terlambat ke sekolah”, ketika kamu mengantarkan adik kamu ke sekolah namun terkena macet di jalan. Kemacetan tersebut tentu bukan merupakan hal yang berada dalam kontrol kamu.

Contoh lainnya adalah ketika meminta maaf atas cuaca buruk yang tiba-tiba melanda dan bahkan berbeda jauh dari prediksi cuaca.

Namun, kamu juga dapat mencegah untuk menimalisasi dampak dari hal-hal yang tidak dapat kamu kontrol dengan merencanakan segala hal melalui beberapa skema dan rencana. Nah, kamu juga dapat memanfaatkan aplikasi DoCheck, yaitu social to-do list app pertama di Indonesia untuk membantu kamu untuk konsisten dan merencanakan segala hal dengan rinci untuk meminimalisir hal yang tidak terduga. Aplikasi ini dapat kamu unduh secara gratis di Play Store atau App Store.

2. Kamu Meminta Maaf atas Tindakan Orang Lain

Ciri berikutnya adalah kamu meminta maaf atas tindakan orang lain dan tidak ada sangkut pautnya dengan diri kamu. Pada hal ini, kamu meminta maaf seolah-olah mewakili atas perbuatan orang lain meskipun orang tersebut tidak meminta kamu menjadi perantara. Bahkan kerap kali, kamu tidak memiliki hubungan atau tidak mengenal orang tersebut.

Contohnya seperti ketika kamu terbiasa untuk meminta maaf atas kesalahan yang sahabat kamu lakukan kepada orang lain. Kamu mungkin merasa tidak tega apabila sahabat kamu kemudian mendapatkan musuh jika tidak meminta maaf, tetapi penting untuk diketahui jika tindakannya adalah bukan tanggung jawab kamu. Melainkan yang dapat kamu lakukan adalah mengingatkan sahabat kamu untuk meminta maaf secara langsung dan bertindak lebih baik lagi.

Baca juga: Bagaimana Interaksi Sosial yang Baik? Ini Tipsnya untuk Introvert

3. Kamu Meminta Maaf Atas Interaksi yang Biasa Terjadi di Keseharian

Kebiasaan lainnya adalah kamu meminta maaf atas interaksi yang telah biasa terjadi pada sehari-hari. Contohnya seperti meminta maaf saat duduk di kursi yang letaknya berada di depan orang lain ketika susunan kursi memang telah diatur berbaris.

4. Kamu Meminta Maaf kepada Benda Mati

Ciri yang mungkin kerap kamu tidak sadari adalah meminta maaf kepada benda mati. Yep, kepada benda yang tidak bernyawa seperti meja, kursi, dan pintu. Contohnya yang tidak kamu sadari seperti kamu refleks meminta maaf ketika menabrak meja meskipun tidak terdapat orang lain di sana.

Atau juga ketika kamu tidak secara sadar mengucap maaf ketika kamu menendang benda seperti gelas meskipun benda tersebut adalah milik kamu dan tidak merugikan siapa pun.

5. Kamu Meminta Maaf Atas Hal yang Sebenarnya Kamu Anggap Tidak Salah

DoCheckers, menyadari dan mengakui kesalahan memang perlu dilakukan, ya! Namun, bagaimana jika kamu tetap meminta maaf atau hal yang sebenarnya bukan merupakan kesalahan? Nah, kebiasaan tersebut juga dapat menjadi ciri-ciri sorry syndrome.

6. Kamu Meminta Maaf Ketika Kamu Mencoba untuk Bersikap Tegas

Ada kalanya menjadi tegas adalah keharusan, lho. Bahkan seharusnya kamu bertindak tegas pada segala kesempatan, termasuk tegas pada diri sendiri. Akan tetapi, sebagian besar orang merasa tidak enak ketika telah bertindak tegas sehingga kemudian meminta maaf atas keputusannya.

DoCheckers, pada dasarnya bertindak tegas untuk kebaikan diri sendiri atau orang lain tidak menjadikan kamu orang jahat, lho. Maka, tidak ada yang salah untuk bertindak tegas.

Penyebab Sorry Syndrome

Meminta Maaf karena Menghindari Konflik
Meminta Maaf karena Menghindari Konflik (Foto Liza Summer via Pexels)

Lantas sebenarnya apa penyebab sorry syndrome? Melansir pada laman Emindful, terdapat beberapa faktor yang mungkin menyebabkan pola minta maaf berlebihan pada diri kamu. Beberapa faktor tersebut dapat dilihat dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut.

Apakah kamu menghindari konflik yang mungkin terjadi?

Dengan meminta maaf, apakah hal tersebut dapat mengatasi ketidaknyamanan yang kamu alami?

Apakah kamu merasa meminta maaf adalah keharusan? Kenapa kamu berpikir demikian?

Dorongan untuk meminta maaf hadir karena kamu merasa tidak yakin atas diri kamu sendiri atau merasa cemas?

Apakah meminta maaf berlebihan kerap terjadi saat situasi tertentu, aktivitas tertentu, orang-orang tertentu, dan penyebab umum lainnya?

Nah, melalui analisis dengan menjawab beberapa pertanyaan tersebut, kamu dapat mengetahui sekiranya apa yang menyebabkan kamu terus-menerus meminta maaf. Contohnya seperti, ternyata kamu meminta maaf secara berlebihan karena kamu cenderung menghindari konflik dengan seseorang.

Baca juga: Hal yang Harus Kamu Hindari Saat Interaksi Sosial

Dampak Sorry Syndrome

Melansir dari laman Emindful, ternyata minta maaf secara berlebihan dapat berbahaya bagi diri sendiri, lho. Mengutip Tara Swart, seorang Neuroscientist dan penulis buku The Source: Open Your Mind, Change Your Life mengatakan bahwa meminta maaf setelah melakukan kesalahan adalah kekuatan yang sebenarnya, namun jika dilakukan secara berlebihan maka hal tersebut justru menjadi kelemahan pada hubungan personal maupun profesional.

Selaras dengan yang disebutkan pada laman Psychology Today bahwa meminta maaf secara berlebihan dapat merusak diri sendiri karena dapat menandakan keraguan pada dalam diri. Selain itu, permintaan maaf juga menjadi tidak terlihat tulus.

Maka, sorry syndrome dapat berdampak buruk pada diri sendiri, DoCheckers! Dampak negatif seperti merasa tidak percaya diri dan tidak dapat tegas. Pun menjadikan makna dari pemintaan maaf menjadi tidak berarti.

Tips Mengatasi Sorry Syndrome

Sorry syndrome tidak memberikan dampak yang positif ya, DoCheckers. Maka, sebaiknya kamu menghindari kebiasaan minta maaf berlebih ini. Beberapa cara yang dapat kamu lakukan sebagai tips mengatasi sorry syndrome antara lain,

Memahami Alasan Kamu Meminta Maaf

Ketika kamu memahami alasan mengapa kamu minta maaf berlebihan dapat menjadikan kamu tahu jika permintaan maaf tersebut tulus karena merasa bersalah atau didorong hal lainnya. Pada intinya, kamu dapat memulai dari refleksi diri untuk mengenal diri kamu sendiri.

Baca juga: Apa itu Refleksi Diri? Simak Manfaat dan Contoh Penerapannya

Mengganti Kata Maaf dengan Terima Kasih

Nah, kamu tidak perlu meminta maaf atas tindakan di luar kontrol kamu melainkan kamu dapat menggantinya dengan kata “terima kasih”. Salah satu contohnya adalah alih-alih meminta maaf ketika terkena macet, kamu dapat berterima kasih pada teman kamu karena telah menunggu kamu datang.

Penutup

DoCheckers, mungkin kamu dapat mulai memperhatikan apakah kamu ternyata terlalu sering minta maaf pada hal-hal yang justru bukan kesalahan kamu. Sebab sorry syndrome secara tidak langsung dapat menjadikan kamu merasa tidak percaya diri, lho. Tentunya hal tersebut tidak baik untuk self development atau perkembangan diri kamu.


Terbaru

Kategori

Scroll to Top