Storytelling Marketing: Memikat Konsumen dengan Bercerita


Makin ke sini, metode pemasaran makin beragam. Mulai dari cara-cara pemasaran yang begitu soft selling hingga hard selling, semuanya ada. Bahkan, para brand kini tak lagi menggunakan teknik pemasaran seperti yang kamu kenal selama ini. Banyak dari brand-brand tersebut yang melakukan promosi dengan berusaha membangun sebuah cerita menarik yang mampu menghipnotis para konsumen agar mau membeli sebuah produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran tersebut dikenal juga dengan istilah storytelling marketing.

Baca juga: Mengenal Perencanaan Strategi Pemasaran dan Tujuan

Pengertian Storytelling Marketing

Storytelling tidak sekadar menjual cerita, kemudian disangkutpautkan dengan visi misi brand. Lebih dari itu, storytelling marketing adalah metode pemasaran produk dengan cara menyampaikan pesan kepada para target audiens. Namun, yang disampaikan tidak hanya pesan-pesan berbau komersial semata, tetapi juga melibatkan emosi. Dengan demikian, para audiens akan lebih terpikat secara emosional kepada suatu produk tersebut tanpa melakukan promosi yang terlalu blak-blakan atau hard selling.

Bentuknya sendiri sangat bervariasi. Mulai dari tulisan, foto, video, audio, dan lain-lain, segalanya bisa dimanfaatkan. Terlepas dari medium pemanfaatannya, metode ini dipercaya cukup ampuh untuk meningkatkan brand awareness, lho! Bahkan, besar kemungkinan produkmu bakal lebih mengena di hati konsumen. Hal ini dikarenakan produk yang diiklankan terlihat memiliki keunikan dan nilai emosional yang relate dengan target pasar yang dituju.

Baca juga: 5 Contoh Branding Produk Brand Ternama yang Patut Ditiru

Selain itu, marketing storytelling juga mengandalkan sisi reliable atau kepercayaan. Jadi, yang diceritakan nggak cuma semata-mata untuk promosi saja, sehingga kamu bebas mengarangnya. Namun, ada hal yang melatarbelakangi cerita yang disampaikan. Contohnya seperti cerita dari brand itu sendiri sampai cerita dari konsumen yang bersifat personal.

Contoh storytelling marketing yang mungkin sering kamu saksikan adalah brand yang menggunakan embel-embel tahun dalam iklannya. Misalnya saja seperti “sejak dahulu”, “sejak tahun sekian”, dan lain-lain. Tujuannya tak lain dan tak bukan untuk menunjukkan bahwa kualitas brand tersebut sudah terbukti sejak lama. Selain itu, contoh lainnya adalah dengan menggunakan testimoni pelanggan yang dikemas sedemikian rupa menjadi narasi pengalaman yang menarik.

Manfaat Storytelling Marketing

Dari penjelasan MinCheck tadi, tentunya kamu sudah mendapatkan sedikit gambaran dari penerapan metode storytelling dalam marketing. Bahkan, MinCheck sempat menyinggung mengenai manfaat dari metode bercerita ini yang efektif untuk meningkatkan brand awareness. Namun, tentunya itu bukan satu-satunya dampak positif yang bisa mendatangimu bila diterapkan dalam bisnis yang kamu jalankan. Apa saja manfaat lainnya? Yuk, simak yang berikut ini!

Meningkatkan Kesetiaan Pelanggan

Salah satu manfaat storytelling marketing adalah mendatangkan pelanggan setia.
Salah satu manfaat storytelling marketing adalah mendatangkan pelanggan setia. (Gambar RODNAE Productions via Pexels)

Tak bisa dipungkiri bahwa sebagai manusia, kamu menikmati momen-momen saat ada sesuatu yang relate dengan dirimu. Sebagai contoh, kamu adalah seorang mahasiswa yang belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh dosen. Saat itu terjadi, tentu kamu akan merasa ketakutan. Akan tetapi, saat kamu sadar bahwa ada teman lain yang belum mengerjakan juga, kamu akan merasa less worry. Mengapa demikian? karena kamu merasa bahwa setidaknya ada rekan seperjuangan yang menemani dan kondisinya sama denganmu.

Baca juga: Eat The Frog: Memprioritaskan Tugas yang Paling Sulit

Analogi tersebut jika dikaitkan dengan storytelling marketing sebenarnya cukup nyambung. Jadi, metode tersebut berusaha menyentuh alam bawah sadar konsumen dengan mencari kebutuhan ataupun pengalaman mereka yang dirasa sesuai. Misalnya, jika konsumen merasa kurang percaya diri, maka kamu perlu membangun narasi bahwa produkmu dapat mengatasi permasalahannya. Dengan demikian, ketertarikan dari konsumen akan timbul dengan sendirinya karena merasa dipedulikan. Dari situ saja, kamu sudah bisa mengambil hati seorang konsumen yang cenderung bakal lebih loyal.

Contoh yang paling kerap mencuri perhatian pelanggan dalam hal ini adalah produk-produk kecantikan. Hal ini dikarenakan produk-produk tersebut mengklaim dapat mengatasi permasalahan yang kamu miliki. Kamu sering terkena pancingan brand-brand kecantikan nggak, nih, DoCheckers?

Meningkatkan Kredibilitas

Storytelling marketing adalah metode promosi yang tidak hanya sekedar menciptakan narasi dengan kata-kata manis belaka untuk meningkatkan penjualan. Namun, kamu juga memerlukan fakta-fakta yang kredibel dari brand-mu sendiri untuk diolah menjadi narasi yang menarik. Maka dari itu, penting sekali untuk mencantumkan tahun, prestasi, bahkan testimoni pelanggan.

Sekarang coba MinCheck tanya, deh. Jika kamu ingin membeli sebuah produk, apakah track record dari suatu brand menjadi pertimbangan untukmu? Jika dihadapkan dengan dua pilihan brand; yang satu sudah terbukti selama puluhan tahun, sedangkan satunya masih tidak jelas. Kira-kira, kamu akan lebih memilih produk yang mana untuk dibelanjakan? Terlepas dari preferensi atau kesukaan masing-masing, sebagian besar orang akan lebih memilih produk pertama yang lebih terpercaya. Hal ini sebenarnya juga termasuk perilaku konsumen yang mesti kamu cermati sebagai seorang pebisnis.

Baca juga: Teori Perilaku Konsumen : Pengertian, Manfaat serta Contohnya

Meningkatkan Brand Awareness

Penerapan metode pemasaran yang satu ini tak jarang memunculkan keunikan produk dipasarkan. Alhasil, produk kamu akan lebih mudah dikenal dan menonjol ketimbang produk kompetitor. Kamu mungkin bakal menyadari hal ini saat menyaksikan iklan-iklan di berbagai media yang tampak unik dan cukup mengenang di hati. Contohnya adalah iklan Mastin, Indomie, GoJek, dan lain-lain.

Elemen Penting dalam Storytelling Marketing

Sebelum mulai menerapkan strategi pemasaran storyteller marketing, kamu tentu harus memahami berbagai elemen penting yang harus dipersiapkan. Berikut adalah beberapa elemen tersebut.

1. Mengetahui Target Pasar

Hal pertama yang mesti banget kamu siapkan untuk memulai strategi storytelling dalam marketing adalah target pasar. Meskipun pada pelaksanaannya nanti kamu tetap berpotensi untuk mendapatkan cuan dari berbagai segmentasi pasar yang berbeda, tapi kamu tetap harus memutuskannya. Hal ini disebabkan karena elemen ini amat memengaruhi narasi yang akan kamu suguhkan nantinya. Mengapa demikian? Soalnya, tiap target pasar memiliki latar belakang yang berbeda, baik dari segi bahasa, kesesuaian cerita, dan lain-lain.

Tentunya kamu tidak mungkin menyuguhkan permasalahan yang dihadapi kelompok umur remaja, jika target pasarmu juga terdapat orang dewasa di dalamnya. Begitu pula dengan urusan demografis. Maka dari itu, wajib hukumnya bagi kamu untuk menentukan target pasar terlebih dahulu, sehingga fondasi dari narasi yang hendak dibangun bisa cukup kuat dan believable. Kamu dapat menentukan target pasar dengan beberapa strategi, seperti differentiated marketing, undifferentiated marketing, dan lain-lain.

Baca juga: Strategi Target Pasar dalam Bisnis dan Cara Menentukannya

2. Sesuaikan dengan Brand Kamu

Hal yang membuat beberapa brand memiliki keunikan dalam storytelling marketing adalah personalisasi dan kustomisasi dengan brand itu sendiri. Mulai dari gaya penceritaan dan unsur lainnya perlu disesuaikan dengan branding. Hal ini yang nantinya dapat meningkatkan brand awareness pada produkmu karena tone of voice dari brand kamu akan menonjol dan menimbulkan sisi unik. Contohnya adalah iklan brand Ramayana yang sempat viral beberapa tahun silam.

3. Melibatkan Emosi

Salah satu cara paling mudah yang kerap dilakukan brand-brand ternama untuk menarik hati pelanggan adalah menyajikan iklan narasi yang sentimental. Contohnya adalah iklan yang bercerita tentang berbagi kebaikan dan menghargai sesama. Contoh lainnya adalah kisah seorang perantau yang jauh dari keluarga, namun terkendala mudik. Faktor emosi ini juga sangat penting untuk menyentuh hati konsumen agar mereka lebih merasa relate dengan apa yang coba kamu sampaikan.

4. Sertakan Data yang Mendukung

Data dan fakta yang mendukung dalam marketing dapat menarik perhatian konsumen.
Data dan fakta yang mendukung dalam marketing dapat menarik perhatian konsumen. (Gambar Kindel Media via Pexels)

Seperti yang sempat MinCheck singgung tadi, konsumen cenderung tertarik dengan produk yang reliable. Adanya data dapat menjadi game changer bagi storyteller marketing. Maka dari itu, adanya data penunjang, seperti tahun, hasil survei, hasil penelitian, dan testimoni dapat membuat suatu produk menjadi lebih terpercaya. Bahkan, sering kali data-data tersebut memengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen, terutama dalam bentuk testimoni atau review.

Ditambah lagi, saat ini banyak orang biasa maupun influencer yang bersedia membagikan pengalaman dan opini mereka tentang suatu produk. Hal ini tentu akan sangat memengaruhi pemikiran pembeli, apalagi jika orang tersebut merupakan seorang public figure terkenal. Salah satu contoh storytelling marketing adalah iklan shampo yang dibintangi penyanyi kondang, Anggun C. Sasmi.

Selain itu, saat ini banyak brand yang melakukan endorsement untuk mempromosikan produk mereka. Selain untuk menjaring konsumen, hal tersebut juga menyebabkan suatu produk jadi lebih terpercaya. Ibaratnya, public figure tersebut menjadi wajah dari brand tersebut.

Tahapan Storytelling dalam Marketing

Menerapkan berbagai strategi pemasaran tentu memerlukan tahapan. Begitu pun dengan menerapkan storytelling dalam marketing yang memerlukan beberapa rangkaian proses. Yuk, simak tahapannya biar kamu bisa ikutan coba juga!

  1. Menentukan target audiens terlebih dahulu;
  2. Pahami betul berbagai kebutuhan, perilaku, dan kegemaran target audiens tersebut;
  3. Korelasikan target audiens dengan brand milikmu agar tercipta cerita yang tak hanya menarik dan relate, tetapi juga dapat menyuarakan brand kamu juga;
  4. Menentukan media yang akan digunakan untuk melakukan promosi, entah itu hasil akhirnya berupa foto, video, tulisan, dan lain-lain;
  5. Menyusun cerita dengan pesan yang kuat dan juga memerhatikan berbagai elemen;
  6. Merumuskan Call to Action yang kuat dan mampu menggerakkan audiens.

Sekarang kamu sudah lebih paham mengenai salah satu strategi pemasaran paling jitu ini, bukan? Strategi ini menarik banget buat dicoba, lho. Soalnya, kamu berkesempatan untuk menjaring pelanggan yang loyal, serta meningkatkan kredibilitas dan brand awareness sekaligus. Selain itu, cara melakukannya pun terbilang cukup mudah. Bahkan, hasil yang didapatkan pun bisa dibilang tak kalah dari strategi-strategi lainnya. Ibaratnya, sekali dayung dua pulau terlampaui. Gimana, DoCheckers, mulai tertarik buat coba?

Namun biasanya, kalau coba menerapkan suatu strategi yang baru dipelajari, biasanya bakal ribet nggak, sih? Maka dari itu, biar kamu bisa menerapkan strategi storytelling marketing dengan lebih mudah, cobalah untuk menyusun to-do list menggunakan aplikasi DoCheck.

DoCheck adalah social to-do list pertama di Indonesia, lho! Buat kamu yang sedang merencanakan strategi bisnis, bisa banget pakai aplikasi ini. Soalnya, kamu bisa mengundang rekan kerjamu untuk merampungkan goals bersama-sama. Praktis banget, kan? Makanya, yuk download aplikasi DoCheck di Play Store dan App Store sekarang juga!


Terbaru

Kategori

Scroll to Top